Paket Internet, Pilih Kuota, Unlimited, atau FUP? Dalam dua dekade terakhir, internet sudah merasuk dalam kehidupan sehari-hari banyak orang. Pemakaiannya mulai dari urusan "ngobrol" dengan kawan lewat beragam fasilitas chat maupun belanja online dari telepon genggam, melakukan transaksi keuangan dan komunikasi bisnis memakai laptop, hingga nonton film "streaming" di smart-TV.
Tren pengguna internet masih terus tumbuh, merujuk penetrasi smartphone dan "teknologi cerdas" lain seperti televisi. Tantangannya adalah sepuas-puasnya memakai internet, tetapi kantong juga tak jadi bolong.
Pada umumnya, operator telekomunikasi menawarkan dua pilihan cara berlangganan pemakaian jaringan internet, yaitu berbasis volume dan waktu. Berlangganan internet berbasis volume kerap disebut dengan “paket kuota”, sementara penggunaan berbasis waktu jamak dikenal sebagai "paket unlimited".
Bila pelanggan memilih paket kuota, sebut saja 4 gigabytes (GB), internetnya tersambung sampai volume itu ludes. Begitu volume habis, pelanggan tak bisa lagi memakai internet sekalipun tenggat waktu berlangganan masih panjang.
Sebaliknya, pelanggan paket unlimited bisa menikmati internet sampai akhir masa berlangganan, tetapi dengan kecepatan yang disesuaikan. Penyesuaian kecepatan itu mengikuti perjanjian atau pengaturan dari operator penyedia layanan internet.
Pemakaian wajar
Pilihan ada pada pengguna untuk menentukan paket kuota atau unlimited. Pengguna paket kuota di telepon genggam bersistem prabayar, misalnya, harus paham kalau pilihannya berisiko sering-sering mengisi ulang pulsa.
Sebaliknya, pelanggan paket unlimited juga harus menyadari bahwa kecepatan internetnya tak bisa dipastikan terus di level maksimal. Pengguna paket ini hanya bisa memastikan internetnya tak putus selama waktu berlangganan belum kadaluwarsa.
Nah, masalahnya, ada periode tertentu pola pemakaian internet tak terakomodasi sistem kuota maupun unlimited itu. Terlebih lagi bila kecepatan juga jadi kebutuhan mutlak pengguna.
Tenang, jangan khawatir. Operator telekomunikasi dan internet seperti PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) kini punyatawaran baru untuk para pemakai internet, menggunakan basis asumsi pemakaian wajar. Dalam bahasa Inggris, tawaran itu disebut fair usage policy (FUP). Apa lagi ini?
Untuk memudahkan gambaran, bisa dipakai ilustrasi seorang pelanggan memakai paket internet berbasis waktu (unlimited) berkecepatan 7,5 megabytes per detik (Mbps) dengan FUP 300 GB. Jika seorang pelanggan FUP per hari mengakses dunia maya dengan kapasitas 3 GB, maka paket internetnya akan "berumur" 100 hari dan melaju dengan kecepatan maksimal.
Namun, bila pelanggan itu per hari memakai internet 10 GB, maka paket FUP 300 GB-nya bisa dipakai selama 30 hari pada kecepatan maksimalnya. Nah, bila dalam sehari ada begitu banyak file harus ditransfer—baik diunduh maupun diunggah—sampai 100 GB, paket FUP tersebut hanya memadai untuk pemakaian tiga hari pada kecepatan maksimalnya.
Keadilan
Telkom memulai FUP dari jaringan Indihome-nya. VP Corporate Communication Telkom Arif Prabowo mengatakan, paket FUP bertujuan melindungi pelanggan dengan pemakaian wajar dari aktivitas berlebihan pengguna lain.
Menurut Arif, selama ini ada pengguna yang memakai layanan internet untuk mengunduh film atau permainan secara terus-menerus. Bahkan, itu dilakukan sampai ke level tak wajar.
"Hal ini dapat mengganggu kualitas layanan dan kenyamanan pengguna lain yang membayar dengan tarif yang sama," kata Arif.
Pengguna dengan pemakaian tak wajar semacam itu masuk kategori heavy user, sekalipun pekerja terkait teknologi informasi bisa masuk kategori yang sama. Nah, kata Arif, FUP adalah upaya memberikan keadilan bagi konsumen dalam memanfaatkan internet secara wajar.
Arif menambahkan, FUP hanya berlaku untuk penggunaan internet dan tidak mempengaruhi layanan telepon maupun UseeTV. Pengurangan kecepatan internet juga baru diterapkan jika pemakaian melebihi 300 GB. Itu pun, penurunan dihitung bertahap berdasarkan persentase, dengan laju jelajah dunia maya terendah di level 40 persen kecepatan maksimal.