Sebagian besar manusia memang hanya dapat bertahan hidup sampai batas usia tertentu, namun ada sebagian lainnya yang ditakdirkan memiliki umur yang panjang. Ketika manusia biasa mungkin hanya berusia 50 tahun, ada beberapa orang yang bahkan dapat hidup sampai 100 tahun.
Bagi sebagian orang memang sulit membayangkan, bagaimana hidup selama seratus tahun. Namun tidak berlaku bagi Magdalena Wardiyati, warga kampung Nologaten RT7 RW2, Depok, Sleman, yang mengaku telah hidup selama lebih dari satu abad.
Pada tahun 2015 ini, Yati bahkan telah berumur 105 tahun. Hal itu dibuktikannya, di KTP yang menerangkan bahwa ia lahir padda 10 April 1910.
Lahir pada 10 April 1910 di Samigaluh, Purworejo, Yati telah menjadi saksi hidup, dari banyak rentetan peristiwa bersejarah yang berlangsung hampir lebih seabad di tanah air.
Yati tinggal sendiri di rumah anak adopsinya, yang tak lain adalah cucu kandungnya sendiri. Cucunya, Heri, yang merupakan anak dari anak ketiganya, yang kini tinggal di Bali.
Sehari-hari, Yati dibantu oleh seorang perawat yang senantiasa mengurusi dirinya, mulai dari menyiapkan makanan, mandi, sampai ganti popok.
Cucunya dari lain anak, Aji, juga sering datang menengok Yati untuk sekedar mengecek kondisi kesehatannya.
Kendati sudah berumur 105 tahun, Yati masih terlihat sehat dan bugar. Ia masih dapat mendengar, melihat dengan baik, bicaranya pun jelas dan lancar.
Walaupun ia sekarang terbatas dalam bergerak karena kakinya yang tak kuat untuk berdiri, namun ia masih bisa duduk dalam waktu beberapa lama untuk sekedar bercerita atau menerima tamu yang datang.
Walaupun sendiri, Yati mempunyai banyak teman sesama manula, di Paguyupan Adiyuswo Ngestirahayu di bawah RSUP Dr Sardjito.
Ketika ditanya mengenai resep umur panjangnya, Yati hanya menjawab untuk selalu memakan makanan yang sehat, terutama sayur mayur. Sehari-hari, ia selalu mengkonsumsi sayur-sayuran sehat.
Tak hanya itu, jamu herbal pun ia gemari, mulai dari beras kencur, temulawak maupun jahe. Ia pun menambahkan, ia selalu makan dua lembar daun Binahong setiap hari.
Menurutnya, daun Binahong berkhasiat sebagai obat kuat dan menambah stamina.
Resepnya ga ada yang khusus, hanya saja saya setiap hari memang selalu konsumsi daun Binahong untuk menambah stamina saya. Jamu-jamu herbal juga saya sering minum. Semuanya bikin sehat," kata Yati, di kediamannya, Minggu (2/8/2015).
"Kalau umur panjang, hanya Tuhan yang ngatur,” ucapnya sambil tertawa.
Berbagai peristiwa bersejarah, mulai dari rezim penjajahan baik belanda maupun nippon, proklamasi kemerdekaan, gestok (G30S PKI), dari orde lama yang dipimpin oleh Soekarno sampai orde baru oleh Soeharto yang kemudian digulingkan di era reformasi pada tahun 1998.
Kisah hidup Yati berawal ketika ia dilahirkan di suatu kampung, di Samigaluh, Purworejo, pada tahun 1910. Ayahanda Yati, pada masa itu menjabat sebagai lurah yang begitu dikenal.
Keluarga Yati termasuk keluarga yang cukup terpandang, bisa jadi karena jabatan ayahandanya sebagai seorang lurah yang memegang posisi penting dalam pemerintahan kala itu.
Masa kecilnya hampir seluruhnya dihabiskan di Samigaluh. Seperti anak-anak kebanyakan,
Karena kakeknya dulu juga sebagai lurah yang disegani di Samigaluh, Yati jadi memiliki banyak teman bermain. Bahkan tuturnya, Dorodjatun, cikal bakal Sultan HB IX, konon sering bermain bersamanya dulu di Samigaluh.
“Saya masih ingat betul, dulu Mas Dorodjatun, ngarso ndalem kesembilan, sering main ke rumah kakek saya. Kita sering ketemu waktu kecil. Namun ketika saya remaja, beliau tak pernah ke Samigaluh lagi. Setelah dengar kabar, saya kaget, ternyata dia sudah jadi raja di Yogya,” tutur
Tahun-tahun berlalu, Yati menghabiskan masa kecilnya di kampung asalnya, Samigaluh. Beranjak remaja, ia lantas bersekolah di Sekolah Rakyat selama enam tahun.
Baru ketika Yati menginjak usia 20 tahun, pada tahun 1930, ia kemudian bekerja sebagai seorang perawat di sebuah rumah sakit sekaligus sekolah kesehatan milik Belanda, Zending Hospital di Ndoplang, Purworejo.
Tak menunggu bertahun-tahun, pada tahun itu juga Yati menikah dengan suaminya, Suwardi Sasatrosudarmo, yang masa itu menjabat sebagai seorang camat di Samigaluh.
Tiga tahun menikah, ia kemudian dikaruniai anak pertama pada tahun 1933, Yonathan Purwanto, yang sampai sekarang masih hidup dan telah berumur 82 tahun.
Sampai tahun selanjutnya, buah hatinya terus bertambah, Yati dan suaminya dikaruniai enam orang anak selama pernikahannya.
Akhirnya pada tahun 1955, ia pindah ke Yogyakarta, waktu itu suaminya dipindahtugaskan di Kepatihan di pemerintah provinsi DIY.
Ia bersama suami dan anak-anaknya, kemudian tinggal di Berbah, Sleman. Ia terus menetap di Berbah, sampai suaminya meninggal pada tahun 1964. Yati tinggal sendiri bersama ke enam anaknya. (Tribunjogja.com)